Selling pressure atau tekanan jual adalah kondisi di pasar keuangan di mana jumlah penjual lebih dominan dibandingkan pembeli, menyebabkan harga aset cenderung turun. Ini terjadi ketika banyak investor atau trader ingin menjual asetnya dalam jumlah besar, baik karena faktor fundamental, teknikal, maupun sentimen pasar.
Penyebab Selling Pressure
- Sentimen Negatif – Berita buruk, seperti krisis ekonomi atau kebijakan pemerintah yang merugikan pasar, bisa mendorong investor untuk menjual asetnya.
- Data Ekonomi yang Buruk – Laporan ekonomi yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan atau inflasi tinggi bisa meningkatkan tekanan jual.
- Kenaikan Suku Bunga – Ketika bank sentral menaikkan suku bunga, investor sering menarik uang mereka dari aset berisiko seperti saham dan kripto.
- Aksi Ambil Untung (Profit Taking) – Setelah harga naik signifikan, banyak trader menjual asetnya untuk mengamankan keuntungan.
- Margin Call – Jika harga turun drastis, trader yang menggunakan leverage tinggi bisa dipaksa menutup posisi mereka, menambah tekanan jual di pasar.
Dampak Selling Pressure
- Penurunan Harga – Semakin besar tekanan jual, semakin tajam penurunan harga aset.
- Volatilitas Tinggi – Fluktuasi harga menjadi lebih besar akibat banyaknya aksi jual dalam waktu singkat.
- Panic Selling – Jika tekanan jual terus meningkat, bisa memicu kepanikan dan aksi jual yang tidak rasional.
- Peluang Bagi Pembeli – Investor jangka panjang bisa memanfaatkan selling pressure untuk membeli aset di harga yang lebih rendah.
Kesimpulan
Selling pressure terjadi ketika banyak investor ingin menjual asetnya dibandingkan membeli, menyebabkan harga turun. Faktor utama pemicunya bisa berasal dari sentimen pasar, data ekonomi, atau aksi ambil untung. Meski sering dianggap negatif, selling pressure juga bisa menjadi peluang bagi investor yang ingin masuk di harga lebih rendah.
}