RORO adalah singkatan dari "Risk On, Risk Off", yang menggambarkan bagaimana perilaku harga aset dipengaruhi oleh perubahan toleransi risiko investor dan trader.
Risk On → Saat investor optimis, mereka membeli aset berisiko tinggi.
Risk Off → Saat ketidakpastian meningkat, investor berpindah ke aset aman.
Dalam era RORO, aset keuangan tidak lagi bergerak secara independen, tetapi terbagi menjadi dua kategori utama:
- Aset Berisiko Tinggi (High-Risk)
- Aset Aman (Low-Risk)
Ketika sentimen pasar berubah dari optimis ke pesimis, investor berbondong-bondong meninggalkan aset berisiko dan beralih ke aset aman.
Risk On vs. Risk Off: Aset yang Diperdagangkan
Lingkungan Pasar | Beli (Long) | Hindari (Short/Sell) |
---|---|---|
Risk On | Saham, Mata uang komoditas (AUD, CAD, NZD), Mata uang negara berkembang, Komoditas energi | Obligasi, USD, JPY, CHF, Mata uang non-komoditas |
Risk Off | Obligasi berkualitas tinggi (U.S. Treasuries), USD, JPY, CHF | Saham, Komoditas, Mata uang komoditas (AUD, CAD, NZD), Mata uang negara berkembang |
RORO Trade: Inflasi vs. Deflasi
Konsep RORO berakar pada dinamika inflasi vs. deflasi:
Jika inflasi meningkat → Risk On (aset berisiko naik).
Jika deflasi meningkat → Risk Off (aset aman naik).
Sejak Krisis Keuangan 2008, banyak investor institusional dan hedge fund mulai mengikuti pola ini secara masif. Fenomena ini dikenal sebagai “RORO Trade”, di mana pergerakan besar dari trader dan institusi menyebabkan korelasi tinggi antar aset.
Kesimpulan
Konsep Risk On, Risk Off (RORO) adalah kunci untuk memahami bagaimana sentimen risiko menggerakkan pasar. Dengan mengidentifikasi apakah pasar sedang dalam mode risk on atau risk off, trader dapat menyesuaikan strategi mereka untuk mengoptimalkan peluang dan mengelola risiko dengan lebih baik.
}