Kebijakan Suku Bunga Negatif (Negative Interest Rate Policy/NIRP) adalah strategi makroekonomi di mana bank sentral menetapkan suku bunga di bawah nol. Dalam kondisi ini, bank harus membayar untuk menyimpan kelebihan cadangannya di bank sentral. Kebijakan ini diterapkan ketika alat moneter konvensional, seperti menurunkan suku bunga hingga nol, tidak lagi efektif dalam merangsang aktivitas ekonomi.
Dalam kondisi normal, ketika seseorang menyimpan uang di bank, mereka akan menerima bunga sebagai imbalan. Namun, di bawah NIRP, nasabah justru dikenakan biaya untuk menyimpan uang mereka, sementara peminjam bisa mendapatkan uang tanpa harus membayar bunga atau bahkan menerima dana dari pemberi pinjaman. Hal ini bertujuan untuk mendorong konsumsi dan investasi dengan membuat menyimpan uang menjadi lebih mahal dibandingkan dengan membelanjakannya.
Beberapa bank sentral di dunia, seperti di Swedia, Denmark, Jepang, dan Uni Eropa, telah menerapkan NIRP sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Teori di balik kebijakan ini adalah bahwa suku bunga negatif akan mendorong bank untuk lebih agresif dalam memberikan pinjaman, sementara konsumen dan perusahaan lebih terdorong untuk membelanjakan dan menginvestasikan uang mereka, sehingga meningkatkan permintaan dan merangsang perekonomian.
Cara Kerja NIRP
Suku bunga merupakan elemen kunci dalam kebijakan moneter suatu negara. Biasanya, bank sentral menurunkan suku bunga untuk mendorong pinjaman dan investasi. Namun, jika suku bunga sudah mencapai nol dan tidak bisa diturunkan lebih lanjut, NIRP diterapkan. Dengan suku bunga negatif, peminjam akan membayar lebih sedikit dari jumlah pinjaman awal, membuat kredit lebih menarik, sementara penabung dikenakan biaya atas simpanannya.
Sebagai contoh, jika seseorang menyimpan $10.000 di rekening tabungan dengan suku bunga 1%, mereka akan memperoleh $100 dalam satu tahun. Namun, di bawah NIRP dengan suku bunga -1%, saldo mereka akan berkurang menjadi $9.900 setelah setahun.
Tujuan NIRP
Tujuan utama dari NIRP adalah untuk melawan deflasi, yaitu kondisi ketika harga barang dan jasa terus menurun, sehingga masyarakat cenderung menunda belanja. Penundaan konsumsi ini dapat memperburuk perekonomian. Dengan membuat menyimpan uang menjadi tidak menguntungkan, kebijakan ini bertujuan agar individu dan bisnis lebih terdorong untuk membelanjakan atau menginvestasikan uang mereka. Aktivitas ekonomi yang meningkat diharapkan dapat mencegah terjadinya spiral deflasi dan mengembalikan pertumbuhan ekonomi.
Risiko dari NIRP
Meskipun NIRP dapat merangsang ekonomi, kebijakan ini juga memiliki beberapa risiko. Salah satunya adalah dorongan bagi investor dan bank untuk mengambil risiko lebih besar demi mendapatkan keuntungan karena instrumen investasi tradisional dengan risiko rendah tidak lagi memberikan imbal hasil yang memadai. Fenomena ini dapat mendorong bank untuk memberikan pinjaman kepada peminjam yang kurang kredibel, meningkatkan potensi krisis keuangan.
Selain itu, kebijakan ini juga merugikan para penabung, terutama mereka yang mengandalkan pendapatan bunga sebagai sumber penghasilan, seperti pensiunan. Jika tabungan terus menyusut akibat bunga negatif, stabilitas ekonomi secara keseluruhan bisa terganggu.
Di Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) sejauh ini menolak penerapan NIRP, meskipun tetap membuka kemungkinan jika kebijakan moneter lainnya tidak lagi efektif. Namun, The Fed khawatir bahwa kebijakan ini dapat mengganggu sistem perbankan dan pasar keuangan.
Kesimpulan
NIRP adalah alat kebijakan moneter yang tidak konvensional dan digunakan dalam kondisi ekonomi ekstrem, terutama ketika metode standar seperti penurunan suku bunga sudah tidak lagi efektif. Meskipun memiliki potensi untuk meningkatkan konsumsi dan investasi, kebijakan ini juga membawa risiko besar terhadap stabilitas keuangan. Oleh karena itu, penerapan NIRP memerlukan pertimbangan yang matang agar dampak negatifnya tidak melebihi manfaat yang diharapkan.
}