Dalam dunia trading, istilah “flip” sering digunakan untuk menggambarkan situasi di mana seorang trader mengubah posisinya dari long menjadi short, atau sebaliknya, seringkali dengan cepat.
Ini biasanya dilakukan sebagai respons terhadap perubahan kondisi pasar yang mengindikasikan potensi pergeseran arah pergerakan harga.
Contoh 1: Forex Trading
Misalnya, seorang trader forex memiliki posisi long pada pasangan GBP/USD. Ini berarti mereka membeli GBP dan menjual USD, dengan harapan GBP akan menguat terhadap USD.
Namun, jika muncul data ekonomi baru atau terjadi peristiwa signifikan yang menunjukkan kemungkinan GBP melemah terhadap USD, trader tersebut mungkin memutuskan untuk “flip” posisinya.
Dalam praktiknya, mereka akan menjual GBP dan membeli USD untuk menutup posisi long, kemudian membuka posisi short dengan menjual GBP dan membeli USD. Sekarang, trader bertaruh bahwa GBP akan melemah terhadap USD.
Contoh 2: Trading Saham
Contoh lainnya, seorang trader memiliki posisi long pada sebuah saham (artinya mereka membeli saham dengan harapan harganya naik). Jika informasi baru atau tren pasar mengindikasikan harga saham tersebut akan turun, trader tersebut dapat memutuskan untuk “flip” posisinya.
Caranya adalah dengan menjual saham tersebut untuk menutup posisi long, lalu membuka posisi short (bertaruh bahwa harga saham akan turun).
Flipping dalam IPO
Istilah “flipping” juga dapat merujuk pada praktik membeli saham dalam penawaran umum perdana (IPO) dan menjualnya dengan cepat setelah saham mulai diperdagangkan di pasar terbuka, sering kali pada hari pertama perdagangan.
Trader yang melakukan ini berharap mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga signifikan yang sering terjadi pada hari-hari awal perdagangan perusahaan yang baru go public.
Kesimpulan
Flipping adalah strategi yang digunakan trader untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar, baik dalam forex, saham, maupun IPO. Strategi ini menuntut kecepatan analisis dan keputusan untuk memanfaatkan peluang atau menghindari kerugian.
}