Yield Curve Control (YCC), atau yang juga dikenal sebagai interest rate pegs, adalah kebijakan di mana bank sentral menetapkan tingkat imbal hasil (yield) obligasi pada level tertentu.
YCC dianggap sebagai kebijakan moneter non-konvensional, di mana bank sentral menargetkan suku bunga untuk obligasi dengan jangka waktu tertentu dan membeli jumlah obligasi pemerintah yang diperlukan untuk mencapai target tersebut.
Dalam YCC, bank sentral berkomitmen untuk tidak membiarkan suku bunga pada bagian tertentu dari kurva yield naik melebihi tingkat tertentu.
Sebagai contoh, Federal Reserve (The Fed) dapat mengumumkan bahwa mereka tidak akan membiarkan imbal hasil obligasi Treasury dengan tenor tertentu naik di atas 50 basis poin (0,50%). Jika suku bunga pasar naik di atas batas tersebut, The Fed akan membeli semua obligasi yang diperlukan untuk menurunkan suku bunga kembali ke targetnya.
Tujuan utama dari YCC adalah memastikan biaya pinjaman tetap rendah, sehingga lebih mudah dipahami oleh publik dan membantu dunia usaha serta rumah tangga dalam perencanaan keuangan mereka.
Bagaimana YCC Bekerja?
Pada dasarnya, kebijakan YCC berfungsi dengan "menambatkan" atau "menstabilkan" tingkat imbal hasil obligasi pemerintah pada level tertentu.
Dengan melakukan ini, bank sentral dapat mengontrol bentuk kurva yield, yang mencerminkan perbedaan antara imbal hasil obligasi jangka pendek dan jangka panjang.
Kebijakan YCC menawarkan stabilitas suku bunga yang lebih besar, tetapi juga membawa risiko, seperti peningkatan drastis dalam neraca keuangan bank sentral akibat pembelian obligasi dalam jumlah besar.
Perbedaan YCC dan Quantitative Easing (QE)
YCC sering dibandingkan dengan Quantitative Easing (QE), karena keduanya adalah kebijakan moneter non-konvensional. Namun, ada perbedaan utama antara keduanya:
- QE berfokus pada jumlah obligasi yang dibeli, sementara YCC berfokus pada harga atau imbal hasil obligasi.
- Dalam QE, bank sentral menetapkan jumlah obligasi yang ingin dibeli, misalnya $1 triliun, yang kemudian meningkatkan permintaan obligasi dan menurunkan suku bunga.
- Dalam YCC, bank sentral tidak menentukan jumlah tertentu, tetapi akan terus membeli obligasi sebanyak yang diperlukan untuk memastikan imbal hasil tetap sesuai dengan targetnya.
Seiring waktu, pasar akan mulai menyesuaikan harga obligasi dengan target yang ditetapkan oleh bank sentral, karena investor lebih memilih menjual obligasi kepada bank sentral dengan harga yang lebih menguntungkan daripada kepada investor lain.
Analogi YCC: iPhone dengan Yield 1%
Bayangkan Apple meluncurkan iPhone baru yang memiliki 8 kamera dan membayar Anda $10 setiap tahun selama 2 tahun.
Harga iPhone ini adalah $1.000, sehingga imbal hasilnya adalah 1% ($10 ÷ $1.000 = 1%).
Tetapi jika pasar mulai membenci iPhone ini karena kualitas kamera yang buruk, harga turun menjadi $800.
- Pada harga $800, imbal hasil naik menjadi 1,25% ($10 ÷ $800 = 1,25%).
- Bank sentral tidak menyukai kenaikan imbal hasil ini, jadi mereka membeli semua iPhone yang beredar hingga harga kembali ke $1.000.
- Dengan begitu, imbal hasil tetap di level 1%.
Sekarang, ganti iPhone dengan obligasi pemerintah bertenor 2 tahun dan inilah cara kerja YCC di dunia nyata.
Sejarah dan Penerapan YCC
YCC bukanlah kebijakan baru. Bank sentral yang telah mencoba kebijakan ini adalah Bank of Japan (BoJ).
Pada tahun 2016, setelah suku bunga negatif tidak memberikan hasil yang diharapkan, BoJ mencoba eksperimen baru:
- Mereka menetapkan target yield obligasi pemerintah Jepang (JGB) 10 tahun mendekati 0%.
- Setiap kali investor swasta menjual obligasi dengan harga lebih rendah dari target, BoJ membeli obligasi dalam jumlah besar untuk menstabilkan yield.
- Hasilnya, BoJ berhasil mempertahankan yield JGB pada level yang sangat rendah tanpa harus membeli obligasi dalam jumlah besar seperti pada program QE sebelumnya.
Namun, kebijakan ini juga membuat BoJ menguasai hampir 50% pasar obligasi Jepang, yang mengurangi likuiditas pasar obligasi.
Bagaimana YCC Mempengaruhi Ekonomi?
Ketika suku bunga obligasi pemerintah turun, ada beberapa dampak ekonomi yang terjadi:
- Penurunan suku bunga hipotek, kredit mobil, dan pinjaman perusahaan, sehingga masyarakat lebih terdorong untuk berbelanja dan berinvestasi.
- Kenaikan harga properti, karena suku bunga hipotek menjadi lebih murah.
- Kenaikan harga saham, karena suku bunga yang lebih rendah membuat investasi di obligasi kurang menarik.
- Depresiasi mata uang, karena imbal hasil yang rendah membuat investasi di mata uang negara tersebut kurang menarik bagi investor asing.
Dengan kata lain, kebijakan YCC dapat membantu mempercepat pemulihan ekonomi setelah resesi dengan memastikan biaya pinjaman tetap rendah.
Potensi Risiko YCC
Seperti kebijakan moneter lainnya, YCC memiliki sejumlah risiko:
- Kehilangan Kredibilitas Bank Sentral Jika inflasi meningkat terlalu cepat, bank sentral harus memilih antara mempertahankan janji mereka untuk menjaga yield tetap rendah atau menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Jika mereka melanggar janji mereka, kepercayaan investor terhadap kebijakan moneter bisa menurun.
- Ekspansi Neraca Keuangan yang Berlebihan Jika YCC membutuhkan pembelian obligasi dalam jumlah besar, neraca bank sentral bisa membengkak drastis, seperti yang terjadi pada BoJ. Hal ini bisa membatasi fleksibilitas kebijakan moneter di masa depan.
- Intervensi Berlebihan di Pasar Keuangan Beberapa pihak mengkritik YCC sebagai campur tangan yang terlalu besar dalam pasar obligasi, yang bisa mengurangi efisiensi pasar.
Apakah YCC Bisa Diterapkan di AS?
Jika The Fed mengadopsi YCC, kemungkinan besar mereka akan menargetkan yield jangka pendek atau menengah, bukan obligasi 10 tahun seperti yang dilakukan BoJ.
Alasannya:
- The Fed lebih fokus pada suku bunga jangka pendek sebagai alat utama kebijakan moneter.
- Target yield jangka panjang akan membutuhkan pembelian obligasi dalam jumlah besar, yang bisa memperbesar neraca The Fed secara signifikan.
Selain itu, pasar obligasi AS lebih besar dan lebih likuid dibandingkan Jepang, sehingga lebih sulit untuk dikendalikan sepenuhnya oleh The Fed.
Kesimpulan
YCC adalah alat kebijakan moneter yang dapat membantu menstabilkan suku bunga dan mendorong pertumbuhan ekonomi ketika suku bunga sudah berada di dekat Zero Lower Bound (ZLB).
Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada kepercayaan investor terhadap komitmen bank sentral. Jika pasar meragukan efektivitasnya, bank sentral bisa terjebak dalam pembelian obligasi dalam jumlah besar untuk mempertahankan target yield.
Meskipun YCC telah terbukti efektif di Jepang, penerapannya di AS menghadapi tantangan yang berbeda, terutama karena perbedaan struktur pasar obligasi dan kebijakan The Fed.
}